Hukum Memakan Daging Sapi Yang Tidak Tau Informasj Menyembelihnya

🕯 TAKTIS #1 🕯
(TAnya jawab fiKih prakTIS)

📝 Pertanyaan:
Budi melanjutkan pendidikan S2-nya di China. Tempat tinggal Budi di negara tersebut dekat dengan sebuah rumah makan “Rindfleisch Restaurant” yang menjual daging sapi panggang. Jika mayoritas masyarakat di wilayah tersebut adalah pemeluk agama Buddha, kemudian semua karyawan serta pemilik rumah makan juga beragama Buddha, Bagaimana hukum memakan daging sapi di rumah makan tersebut jika Budi tidak mau meminta informasi pada si pemilik rumah makan?

💡 Jawaban:
Hukum asal terkait sembelihan hewan yang halal dimakan dagingnya adalah HARAM sampai ada kepastian (keyakinan) akan kehalalannya yaitu telah disembelih secara syariat (si penyembelih dan cara penyembelihan sudah sesuai syariat). Jika ragu-ragu apakah yang menyembelih adalah orang islam/ahlul kitab ataukah selain mereka maka haram memakan daging tersebut karena dikembalikan ke hukum asal. Keharaman ini bisa hilang (dianggap hilang secara syariat meski ada keraguan) jika berada di wilayah yang mayoritas penduduknya islam/ahlul kitab, sehingga:
✔️ Jika mayoritas penduduk di suatu wilayah adalah islam/ahlul kitab maka halal memakan daging tersebut, berlaku sebaliknya maka haram;
✔️ Jika di suatu wilayah tidak diketahui mana yang mayoritas antara orang islam/ahlul kitab ataukah selain mereka, atau ragu-ragu mana yang lebih banyak, atau seimbang jumlahnya maka haram memakan daging tersebut.

Dari soal di atas maka hukumnya haram memakan daging sapi panggang tersebut.

Catatan:
1. Ahlul Kitab ada aturan dan syarat tersendiri, tidak dibahas disini sehingga jangan langsung disimpulkan terlebih dahulu terkait ahlul kitab
2. Yang jadi patokan “mayoritas” adalah di suatu wilayah (dalam hal ini bisa kecamatan atau kota). Jadi misal mayoritas penduduk di kecamatan atau kota X adalah beragama islam. Kemudian ada restoran Z di kecamatan atau kota tersebut yang semua karyawannya beragama Buddha atau Desa A yang semua penduduknya beragama Buddha, maka daging hewan di restoran atau desa tersebut tetap halal dimakan sepanjang tidak diketahui secara pasti/yakin bahwa yang menyembelih adalah orang yang beragama Buddha

Rujukan:

1. Kitab Fatawa Al Fiqiyyah Al Kubro Li Syekh Ibnu Hajar Al Haitami
2. Kitab Al Mantsur fii Qowaid Fiqiyyah Li Imam Az Zarkasyi
   …………………………………….

👥 FB: Buletin Al Iman https://www.facebook.com/buletin.aliman.39
🏛 FB Grup: IMAN (Ikatan Mahasiswa Nahdliyyin)
📷 IG: al_iman_org https://www.instagram.com/al_iman_org/
📺 Youtube: IMAN PKN STAN https://youtube.com/c/IMANPKNSTAN

🕌 AL IMAN PKN STAN 🕌

وسئل” – نفع الله ببركاته – عن شاة مذبوحة وجدت في محلة المسلمين ببلد كفار وثنية, وليس فيهم مجوسي ولا يهودي ولا نصراني, فهل يحل أكل تلك الشاة المذبوحة التي وجدت في تلك المحلة أم لا؟ “فأجاب” بأنه حيث كان ببلد فيه من يحل ذبحه كمسلم أو يهودي أو نصراني, ومن لا يحل ذبحه كمجوسي أو وثني أو مرتد أو متولد بين من يحل ذبحه ومن لا يحل ذبحه, ورئي بتلك البلد شياه مذبوحة مثلا وشك هل ذبحها من يحل ذبحه لم تحل للشك في الذبح المبيح, والأصل عدمه نعم بحث بعض المتأخرين أن من يحل ذبحه لو كان أغلب في تلك البلد كأن كان أكثرها مسلمين أو كتابيين حلت تلك الشياه المذبوحة مثلا, والعبرة في ذلك بالبلد دون المحلة منها حتى لو كان في بلد محلة كل أهلها مسلمون وبقية محالها كفار أو كفار ومسلمون, ومن لا يحل ذبحه أكثر حرمت تلك الشاة وإن وجدت في محلة من البلد, وليس بتلك المحلة كافر. لأن العبرة ليس بالمحلة وحدها, بل بجميع البلد, والحاصل أن المدار على الشك فحيث شك في ذابح تلك الشاة, ومن لا يحل ذبحه أكثر حرمت وإلا فلا والله أعلم.

جاء في [المنثور في القواعد الفقهية 2/ 287] للإمام الزركشي الشافعيّ: “وقال الشيخ أبو حامد وغيره: الشكّ ثلاثة أضرب: شكّ طرأ على أصل حرام، كشاة مذبوحة في بلد فيه مسلمون ومجوس لا يغلب أحدهما الآخر فلا تحلّ، لأنّ أصلها حرام”.